Pagi yang indah, pagi yang ceria
Siapa sangka kan jadi petaka
Di atas laju roda dua
Dan tiga orang teman sebaya
Senyum mengembang penuh suka
Tak terbayang kan jadi luka
Tak ada hujan tak ada petir
Namun seluruh nadi menjadi getir
Dalam dan terus mengalir
Perih tak terasa, mungkin mati rasa
Seuntai senyum cairkan suasana
Meskipun isak tangis masih terbaca
Diam, tak bisa bergerak
Mati, tak bisa meraba
Itulah kiranya yang kurasa
Kepada tulang – tulang penopang raga
Dan darah – darah penggerak sukma
Biarlah tinggal menjadi cerita
Bahwa tak selamanya dunia itu surga
Agar kau tetap ingat akan Sang Pencipta
(based on true story, my unforgottable sad memory)
Yogyakarta, 29 Januari (2006 – 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar